Contoh cerpen pendek kali ini memuat cerita yang tidak biasa bagi saya. Kali ini saya mencoba menulis dengan alur novel yang saya pelajari di Novel Api, Awan, Asap karya Bapak Korie Layun Rampan yang benar-benar wah dan mampu memberikan pengalaman pengaturan alur novel, ide cerita dan imajinasi kerangka cerita dalam menulis novel.
Plot maju mundur dengan pengaturan Pak Korie Layun Rampan terolah sangat rapih dan indah di novel beliau tersebut. Ide cerita yang diambil benar-benar unik dan diluar nalar dan imajinasi manusia rata-rata.
Melalui contoh cerpen berikut, mari kita pelajari sedikit yang bisa saya ambil dari novel Bapak Korie Layun Rampan berikut.
====================================================================
HELKOIS, HELIKOS DAN RAMALAN KATAK HIJAU
Dahulu kala di sebuah desa,
hiduplah seekor katak hijau. Bukan saja ukurannya yang terlalu besar yang
membuat katak itu dikeramatkan penduduk desa. Namun juga suara tak lazim yang
keluar darinya dan seakan mengandung ramalan-ramalan tertentu yang membuat
penduduk desa itu, bahkan penduduk di sembilan puluh desa lainnya mengeramatkan
katak hijau itu.
Mula-mula Helkois yang
menemukannya secara tidak sengaja. Waktu itu dia bermaksud buang air di sungai
kecil yang membatasi rumpun rumah penduduk dan area sawah yang sangat luas
ketika didengarnya suara aneh yang dikeluarkan katak hijau itu. Suaranya
mengorok tidak jelas dan tidak seperti suara katak musim hujan. Walaupun rasa
penasaran memenuhi dadanya, Helkois tidak berani mengambil dan membawanya
pulang. Telah menjadi hukum adat desa bahwa benda apapun yang ditemukan warga
di sekitar desa harus dimusyawarahkan sebelum diambil dari tempatnya ditemukan.
...
Helikos keluar dari ruang
kerjanya dengan raut wajah kusut meski hari masih pagi. Katak hijau besar bahan penelitian tim
terpadu yang dia pimpin hilang dari kandangnya. Tidak hanya aktivitas
penelitian yang akan terhambat, namun juga ancaman bahaya pada penduduk yang
bisa ditimbulkan katak hijau itu. Katak hijau yang mereka teliti telah mencapai
seukuran drum aspal dan bisa menelan manusia. Berbagai zat kimia yang terkandung
dalam tubuh mahluk itu juga bisa meracuni air 120 hektar waduk yang akan
membunuh tanaman, hewan lain dan manusia yang mengkonsumsinya. Jika semua itu
terjadi, Helikos adalah tersangka utama pihak berwenang.
...
Serta merta setelah mendengar
laporan Helkois dan mengecek langsung ke lokasi katak hijau, ketua lingkungan
desa segera mengadakan musyawarah yang dihadiri tamu undangan dari kalangan penduduk
dan beberapa tetua desa sebayanya serta perwakilan dan tetua 90 desa terdekat.
Dugaan kepala lingkungan desa tentang suara katak hijau itu didukung penuh
semua tetua dari 90 desa terdekat. Suara itu seperti suara kode kelompok telik
sandi unggulan Istana Nyayalesu yang telah hancur ratusan tahun silam. Bahasa
sandi ini harus diartikan untuk mengetahui apa yang ingin disampaikan katak
hijau yang bisa jadi adalah utusan almarhum Sang Maharaja Resokie Nyayalesu.
...
“Bagaimana menemukan seekor katak
hijau besar yang hilang entah ke arah mana?” ialah satu kalimat yang memenuhi
otak Helikos hari itu. Bahkan anjing pelacak hanya bisa menemukan jejaknya
hingga tepian sungai besar saja. Diduga dia masuk ke sungai, mengikuti arus dan
memilih salah satu dari 27 cabang sungai yang ada mulai dari 100 meter setelah
jejak terakhirnya terendus. Setelah 8 jam 30 helikopter dikerahkan menyusuri
kanal juga belum memperlihatkan hasil. Mahluk itu pasti naik ke darat di suatu
titik dan entah pergi ke arah mana. Masih mungkin ditemukan jika dikerahkan
seribu orang dan mencarinya di bantaran-bantaran kanal, padang rumput luas atau
bahkan hutan lebat yang mengelilingi laboratorium penelitian tempatnya bekerja,
tapi pihak laboratorium tidak lagi memiliki dana untuk itu. Tidak hanya
dipecat, mungkin dia akan dipenjara untuk kesalahan ini. Lantas siapa lagi yang
akan membayar sejumlah biaya pengobatan ayahnya di rumah seperti yang selama
ini ditanggungnya.
...
Helkois benar-benar tidak bisa mempercayai
ramalan-ramalan dari mulut katak hijau besar yang subuh tadi dia temukan itu.
Para tetua desa sepakat mengungkapkan bahwa katak itu berusaha menyampaikan
kalimat “Zaman baru akan menghapus zaman lama. Semua hancur digantikan yang
baru”. Cara berbicara para tetua yang begitu menggebu menimbulkan rasa tidak
percaya di hatin Helkois. Zaman dirinya lahir, juga zaman kakek buyutnya lahir,
berdasarkan cerita-cerita masa lalu, tidak ada yang berubah. Desa itu dan 90
desa terdekat tetap demikian adanya, tidak ada yang baru, tidak ada yang hancur.
...
Atas kelalaian itu, Helikos
benar-benar dipecat. Ketua satuan petugas keamanan yang harusnya menjadi penaggung
jawab utama justru dengan nyaman turut menanda tangani surat pemecatan. Bahkan
dalam laboratorium kecil di tengah kawasan hutan itu ada politik egoisme yang
sangat menjijikkan. Hal terbaik yang dia pikirkan hanyalah pulang dengan istri ke
negaranya dan menengok ayahnya di rumah yang telah puluhan tahun dia tinggalkan.
Apapun yang akan dilakukannya kemudian mungkin akan dia pertimbangkan di rumah
bersama istri dan ayahnya nanti.
...
Helkois terbaring lemah di
ranjang tidurnya yang reot dengan kasur bau apak tak karuan. Ada sepiring nasi,
separuh ikan asin dan sejumput sambal serta sebotol mineral air isi ulang di
samping bantalnya. Teringat wajah putranya yang tampan berjanji mengiriminya uang
untuk perawatan kesehatan dirinya sebelum berangkat meninggalkan rumah untuk
bekerja di luar negeri puluhan tahun silam. Kini tak ada sepeserpun yang dia
terima. Isteri adiknya yang selalu mengantar makanan sederhana untuk hidupnya
dengan sebaris kalimat yang begitu menyakitkan, “Mana kiriman anakmu itu gak
nyampe-nyampe? Tidak pernah ada uang masuk ke rekening kami. Sekarang semua
mahal!!”.
Dia mulai mengakui kebenaran isi
ramalan katak hijau. Kini semua berubah, kini hamparan sawah berubah rupa
menjadi gedung-gedung yang menjulang dan hamparan rumah mewah orang-orang baru.
Desa, sawah, sungai kecil dan perilaku baik sesama penduduk desa telah hancur
digantikan berbagai rupa baru. Kini dia diperbolehkan tinggal di gubuk yang
bersandar pada tembok pagar salah satu bangunan tinggi oleh isteri adiknya.
Rumahnya sendiri yang dulu begitu terasa nyaman kini entah telah rata menjadi
jalan aspal, taman sebuah gedung tinggi atau mungkin kuburan mewah orang-orang
baru itu.
Sedang melayang-layang
pikirannya, Helkois mendengar sebuah suara di depan pintu. Tidak mungkin ada
orang yang sudi mengetuk pintu dan bertamu di gubuknya. Mungkinkah itu
puteranya? Helikos?
...
Butuh hampir satu bulan bagi
Helikos mengurus surat-surat regulasi perjalannya bersama isteri kembali ke negara
asal. Negara asalanya terlihat telah mengalami banyak sekali berubah. Jalan setapak di tengah hutan yang
menjadi penghubung 91 desa dengan daerah lain kini menjadi jalan utama daerah
penuh toko, kantor, bioskop, restoran dan berbagai bangunan megah. Desanya dan
sepertinya 90 desa yang lain juga telah berubah rupa. Di desa-desa itu
banyak sekali terbangun gedung menjulang dengan berbagai aktifitas penting berlalulalang.
Sempat kebingungan juga mencari-cari tempat tinggal ayahnya karena segalanya
telah berbeda. Namun akhirnya bisa dia temukan juga rumah ayahnya itu.
Tapi gubuk yang ditunjukkan orang
itu samasekali tidak seperti rumah ayahnya yang ia kenal. Atau perubahan memang
sampai sedemikian rupa? Dicobanya saja menuju gubuk itu.
Pintu gubuk terbuka lebar dan bau
menyengat segera menerjang hidungnya di jarak 10 meter dari bangunan gubuk.
Rasa-rasanya sangat tidak rasional ayahnya tinggal di dalam sana. Kecuali ada
hal lain yang tidak diketahuinya.
Di dalam ruangan gubuk, bau
semakin menyengat hingga mata Helikos merah berair. Ruangan itu tidak
berpenghuni, hanya ada satu dipan bambu tua yang hampir roboh. Ada piring, nasi
putih, sebotol air mineral dan sepotong kecil ikan asin berserakan di lantai
tanah. Di atas dipan terdapat kasur kumal tak berupa dipenuhi kotoran manusia yang
telah kering menghitam. Diperhatikannya lagi sekeliling ruangan sampai terasa
ada yang mulai bergerak di bawah dipan.
Slap!! Ada benda yang sangat dia kenal tiba-tiba mengait kakinya.
Ditariknya sekuat tenaga benda yang keluar dari bawah dipan itu. Ini bukan
musuh baru baginya, katak hijau besar tertarik muncul dari bawah dipan.
Diambilnya pestol dari saku, segera ditembakkannya dua peluru ke arah otak
katak hijau.
Ada hal lain yang mungkin lebih
buruk? Tentu. Helikos berniat membongkar perut katak hijau yang tentunya bisa
dengan mudah dia lakukan. Benar dugaannya, wajah kurus dan tubuh koyak ayahnya
muncul dari dalam perut katak hijau raksasa yang dibongkarnya. Helkois tidak
yakin, tapi setidaknya ada lima atau tujuh nafas yang dihembuskan sebelum
akhirnya ayahnya, Helkois, meninggal dunia di pelukannya.
Helkois sendiri sempat
mempersiapkan senyum untuk kematiannya di sisa nafasnya. Bahagia rasanya putra
yang puluhan tahun dirindukannya kini berhasil mengeluarkan dirinya dari perut
katak hijau dalam keadaan hidup, walaupun mungkin hanya untuk beberapa saat
saja. Ini Helikos anaknya, anak yang berjanji akan mengirim uang untuk
perawatan kesehatan dirinya namun mengingkari janji itu. Anak yang puluhan
tahun tidak terlihat dan kini kembali lengkap dengan katak hijau raksasa
pembawa suara ramalan yang dulu malah dibawanya pergi juga ketika akan
berangkat bekerja ke luar negeri.
====================================================================
Contoh cerpen ini tentu saja sangat jauh bila dibandingkan dengan alur novel Api, Awan, Asap milik Pak Korie Layun Rampan, namun setidaknya ada beberapa poitn yang bisa kita samakan. Point-point tersebut akan kita bahas di (klik) halaman ini.
Tentu saja contoh cerpen di atas juga banyak memiliki kekurangan. Penulis sangat mengharapkan partisipasi para pembaca untuk menuliskan komentar tentang kekurangan-kekurangan yang ada pada contoh cerpen pendek di atas.
Posting Komentar